Rabu, 20 Juli 2011

SEJARAH KENTENG GIE YONG KONG LASEM


TERJEMAHAN RINGKAS INI DARI BUKU BABAD TANAH JAWA JILID 23 PADA HALAMAN 11 s/d PERCETAKAN BALAI PUSTAKA TAHUN 1940 SERI No. 1289 V
KARANGAN : TEMENGGUNG MARTOPURA

Cerita perkiraan ini mengenai laskar Cina dari Pantai timur dibawah   pimpinan Cik  Macan ( Tan Pan Tjiang ) dan pemuda Tik ( Oei Ing Kiat ) untuk melawan Kompeni Belanda di Semarang. Dan ceritera orang tua Lasem dengan petilasannya adalah Kelenteng Babagan Lasem yang di dunia tidak ada duanya.


SEJARAH KLENTENG GIE YONG KONG BABAGAN



Menurut ceritera orang tua-tua di Lasem dan yang pernah  membaca  buku  tentang  kepahlawanan    2 orang Cina di Lasem dengan petilasan Kelenteng Babagan Lasem iniyang diberi nama GIE YONG KONGCO yang berarti Kakek Nan Gagah Perkasa. Adalah sebagai berikut :

Pada waktu Kompeni telah berada di Semarang, di Lasem terdapat Cina-cina tokoh perang yang bernama Tan Pan Tjiang dan Oei Ing Kiat ( dalam buku Babad Tanah Jawa disebut Encik Macan dan Muda Tik ). Kedua orang ini adalah sebagai orang pembuat genteng di desa Klotok. Melihat tingkah laku Kompeni Belanda yang sewenang-wenang memulangkan orang-orang Cina ke Tiongkok kembali dan membuang mereka kelaut, maka keduanya mengangkat senjata melawan Kompeni. Yaitu diperkirakan pada tahun 1742 (Perang Kuning) tetapi pada awal ia mengangkat senjata itu, dalam perjalanan ke Semarang  tentunya   melawan   garong - garong   yang   tidak   bertanggung   jawab.  Yang selanjutnya oleh ceriteraan ini  disebut Perang Godou Balik. Yaitu 3 km dari Lasem ada desa Godou.

Dan pada lanjutannya ke Semarang setelah berperang didaerah Semarang maka mengalami kekalahan dan mundur sampai di Mondoliko ( Tanjung Welahan ) kedua pahlawan ini gugur. Selanjutnya  oleh Kakak Tan Pan Tjiang yang bernama Tan Kee Wie sebagai ahli ukir mendapat firasat dalam mimpi bahwa dikali Juana ada terapung 2 batang kayu .

Kedua batang kayu ini tidak terambil oleh siapapun juga walaupun diinginkan , maka diperintahkan dalam mimpi itu agar Tan Kee Wie mengambil dan membuatkan patung untuk Tan Pan Tjiang dan Oei Ing Kiat untuk sebagai peringatan anak cucunya pada Kelenteng kecil menghadap ketimur.

Dan pada tahun 1915 di pugarlah Kelenteng kecil itu menjadi Kelenteng yang sekarang ini menghadap ke Utara, terletak pada desa Babagan ( Pasar Babagan ) Lasem. Dapat kami tambahkan bahwa rumah dari Tan Kee Wie itu dahulu di Jalan Raya No.70  Lasem ” KAJAR MOTOR ” sekarang ini.

Demikian ceritera-ceritera yang kami kumpulkan dari orang tua – tua di Lasem.

Dalam buku Babad Tanah Jawa pada halaman 11 s/d 16 diuraikan sebagai berikut :

Tersebutlah  Temenggung  Martapura  memerintah  di  Gerobagan  (  Purwodadi  ).
Beliau memerintahkan memanggil Cik macan  ( Tan Pan Tjiang  ) dan Muda Tik ( Oei Ing Kiat ) sebagai pimpinan Laskar Cina yang berbaris di Puwun ( Jati Pohon Purwoto ) Grobogan.

Setelah mengharap Temenggung Martopura memberitahukan maksud pemerintah Kartosuro, bahwa Laskar Cina bila bermaksud akan perang, maka diharap jangan melawan Pemerintah Kartosuro. Karena Pemerintah Susuhunan Kartosuro ada milik Negara. Kalau sampai Laskar Cina berniat akan merebut kekuasaan dari Susuhunan Kartosuro, maka terpaksa pemerintah Susuhunan Kartosuro akan menumpas hingga sampai keakar-akarnya. Selanjutnya Temenggung Martopuro lalu mengutus Cik Macan dan Muda Tik  untuk menemui pimpinan di Tanjung Welahan yang bernama Sing  She secara rahasia, dengan maksud sanggupkah Sing She melawan Kompeni atau tidak ? kalau kiranya dengan bulat Sing She siap melawan Kompeni di Semarang, maka temenggung Martopuro akan tidak segan-segan mengumumkan kepada Kompeni. Setelah Cik Macan dan Muda Tik mendengarkan perintah Temenggung Martopuro, maka keduanya merasa puas atas perintah Temenggung Martopuro dan susuhunan Kartosuro itu. Karena restu untuk melawan Belanda dari Susuhunan Kartosuro ini sangat diharapkan . Agar dalam peperangan ini jangan sampai diserang kedua belah pihak. Jadi yang jelas musuh utama adalah Kompeni Belanda yang telah direstui Susuhunan Kartosuro.

Cik Macan dan Muda Tik menyanggupi dengan senang hati dan berpesan dengan Temenggung Martopuro,  kalau dalam peperangan itu ternyata laskar Cina kalah, maka dengan rela supaya harta benda dan keluarga Cina itu diwariskan hanya kepada orang jawa. Temenggung Martopuro juga berjanji bahwa sepulangnya mereka dari Tanjung Welahan Temenggung Martopuro akan membuat rencana baru terharap Kompeni Belanda. Maka berangkatlah Cik Macan dan Muda Tik ke Tanjung Welahan menemui tokoh yang bernama Sing She sebagai komandannya. Setelah sampai disana, disampaikanlah segala perintah dan pesan dari Temenggung Martopuro yang masih bersifat rahasia itu. Sing She setelah mendengar bahwa Susuhunan Kartosuro amat menyetujui bahkan merestuinya agar dengan gagah perkasa menyerang Kompeni Belanda. Maka dengan suka hati Sing She menerima Cik Macan dan Muda Tik . Dan segera memerintahkan Cik Macan dan Muda Tik untuk memberitahukan kepada Temenggung Martopuro bahwa laskar Cina dibawah pimpinannya telah bertekad bulat untuk mati melawan Kompeni Belanda. Dan kembalilah mereka ke Grobogan  untuk laporan pada Temenggung Martopuro dengan menyerahkan barang-barang upeti dari Sing She sebagai tanda terima kasih dan siap menerima perintah yang telah di sampaikan oleh Cik Macan dan Muda Tik padanya.  Upeti mana berupa kain beludru yang terbaik ( Molio Kustup ) , Surosari real 700 susun kain sutra 2 pikul berwarna hijau dan merah . Upeti mana telah diterimakan oleh Cik Macan dan Muda Tik kepada Temenggung Martopuro dengan gembira sekali. Hal ini adalah dikarenakan maksud dan tujuan Temenggung Martopuro telah tercapai. Yaitu seluruh laskar Cina yang berada di Puwun dan Tanjung Welahan ( bagian timur ) telah sepakat menyerang Kompeni Belanda.

Selanjutnya setelah laporan selesai, Cik Macan dan Muda Tik kembali ke Puwun  untuk mengatur barisan dan membuat bendera serta tanda – tanda peralatan perang ( Beri dan Bentang ). Dengan kekuatan 200 orang Cina.

Selanjutnya dengan siasat menipu Kompeni Belanda di Semarang , maka Temenggung Martopuro mengirim utusan ke Semarang dibawah pimpinan Demang Wargomenggolo beserta 6 orang pengawal untuk menemui kompeni disana. Dengan pesan bila sampai Pring apus ( Timur Semarang ) ada barisan berkuda yang berjumlah 70 orang dengan berbendera. Maka utusan harus mengatakan akan ke Kartosuro.  Sebenarnya Kompeni sendiri telah lama merasakan ( memperhitungkan ) bahwa laskar Cina dari sepanjang pantai Timur ( Lasem, Rembang, Juana, Welahan ) telah bersiap siaga barisannya di Tanjung Welahan yang dipimpin oleh Sing She dengan persenjataan yang cukup lengkap. Maka atas berita ini terpaksa Comondor Semarang merasa susah. Sebab belum mendapat kepastian kapan laskar Cina ini bergerak menuju Semarang. Ditambah pula belum adanya perintah dari Susuhunan Kartosuro untuk menghadapi laskar Cina ini. Maka Alpiser, Natanael dan Tawitan merasa kalud ( kisruh ) sementara itu datanglah utusan Temenggung Martopuro untuk menyampaikan surat. Segera juru bahasa diperintahkan untuk menyalin surat dari Temenggung Martopuro, adapun isi surat adalah sebagai berikut :

Diberitahukan bahwa setelah Grebeg Mulud, di desa Puwun Prawoto muncullah barisan laskar Cina dengan kekuatan 300 orang dibawah pimpinan Cik Macan dan Muda Tik sedang merusak dan menggempur desa Prawoto.  Dan dari Susuhunan Kartosuro diperintahkan saya buat melawan laskar Cina dari Puwun, itu. Sedang tentara saya tidak cukup kuat, bala bantuan tidak diberi untuk menghadapi laskar Cina itu. Dan kalau saya sampai tidak taat perintah atau hingga mengalami kekalahan saya akan dikebiri, karena sebagai prajurit dan Pengabdi Negara merasa malu bila saya tidak berani melawan laskar Cina yang berjumlah 300 itu dengan persenjataan yang cukup itu.

Kendatipun saya harus mati dimedan tidak akan menyesal. Untuk ini saya berusaha bila dapat tuan Kompeni membantu peralatan perang bagi saya. Dan ditambah pula, tentara kami yang separo berjumlah 100 orang berkuda dengan lewat Semarang pulang ke Kartasura,  maka kami mengharap Tuan Kompeni memberi bala bantuan kepada kami untuk menghadapi laskar Cina  tersebut  Comondor Kompeni Alpiser merasa gembira dan lega. Dan jelaslah sekarang bahwa benar-benar ada laskar Cina yang akan menyerbu Semarang Yang dewasa ini sedang dihadapi Temenggung Martopuro.

Dengan demikian maka Kompeni ada alasan buat bertempur. Maka segera utusan Temenggung Martopuro yang dipimpin oleh Demang Wargomenggolo diperintahklan pulang dengan membawa perlengkapan perang dari Comondor Kompeni Alpiser yang berupa 20 senapan berbajonet, 4 Karabein halus, 4 pistol halus, musiu 4 tong, peluru 1 tong sangkelad ( selempang ) 4 pikul dengan warna biru, hijau dan merah terbuat dari beludru dan juga berwarna hitam, juga renda dan lain sebagainya masih banyak pula.

Juga Alpiser memerintahkan 30 orang Kompeni Belanda dibawah pimpinan Corned beserta Demang Kali Gawe dan Demang Kalisari ikut serta membantu untuk menuju ke Gerobogan.

Maka utusan Temenggung Martasura sampai kembali dari Semarang dengan membawa bantuan dari Kompeni yang diterima Temenggung Martapura dengan senang.

( Pada buku aslinya halaman terputus dari halaman 17 s/d 32 ) atau 3 bab.

Terjemahan dan pengumpulan ceritera ini dibuat oleh :
1. S. Hartono Ki Dwidjowijoto Departemen P dan K Kabupaten Pati.
2. Djoko Susanto Prajogo Ketua II Tiga Klenteng Lasem

Tidak ada komentar:

Posting Komentar